22 September 2014

Ayat Terpendek


Ayat Alkitab terpendek terdapat pada Yohanes 11:35. Hanya tiga kata: “Maka menangislah Yesus.” Dalam Alkitab Bahasa Inggris RSV bahkan hanya dua kata: Jesus wept. Alkitab bahasa asli menulis: edakusen ho Iesous. Artinya: Yesus meneteskan air mata.


Biasanya kita membayangkan Tuhan Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa. Yesus digambarkan sebagai pria muda, berbadan tegap, berwibawa dan berwatak tegas. Kita tidak mudah membayangkan Yesus sebagai seorang yang mudah berkecil hati, mudah jatuh dalam emosi dan mudah menangis. Namun di sini Yesus dikatakan menangis. Yesus merasa sedih. Atau lebih tepat Yesus merasakan kesedihan Maria dan Marta karena kematian saudara kandung mereka yaitu Lazarus.

Apa yang diperbuat Yesus ketika berhadapan dengan Maria dan Marta yang tengah ditimpa musibah? Atau mari kita mudahkan dulu pertanyaan itu ke dalam konteks yang lebih umum: apa yang kita perbuat ketika berhadapan dengan orang yang kena musibah? Yang biasanya kita lakukan adalah menghibur atau mengucapkan kata-kata penghiburan. Namun Tuhan Yesus tidak mengucapkan kata penghiburan terhadap Maria dan Marta.

Yang dilakukan Tuhan Yesus adalah justru yang paling sulit diperbuat namun yang paling diperlukan orang yang sedang ditimpa penderitaan, yaitu bersedia untuk menyelami dan memahami serta turut merasakan penderitaan itu. Yesus bersimpati (Yunani: sun patheo artinya berperasaan sama) dan solider (Latin: in solidum, artinya semua untuk satu).

Bukankah ini yang diperbuat Tuhan Yesus sepanjang perjalanan hidupnya? Ia bukan meninjau, mengamati, mempelajari dan membahas penderitaan manusia melainkan turut merasakan penderitaan itu secara langsung. Allah adalah Allah yang bersimpati dan solider dengan penderitaan manusia. Allah mau turut merasakan penderitaan manusia. Maka menderitalah Allah. Maka menangislah Yesus.

(Diringkas dari “Maka Menangislah Yesus” dalam “Selamat Mengikut Dia, 33 Renungan tentang Kristus,” Dr. Andar Ismail, BPK Gunung Mulia, 2006, hal. 41-43)

***
Dalam empat bulan terakhir, petikan-petikan artikel semacam ini ditampilkan di Warta Jemaat gereja kami. Maksudnya ialah sebagai appetizer tapi bisa juga sebagai dessert untuk masuk ke isi utama Warta, yang sebagian besar berisi pengumuman-pengumuman kegiatan kegerejaan sepanjang Minggu berikutnya.

Pengalaman saya, Warta juga kerap menjadi 'persinggahan' pikiran, saat-saat dalam ibadah ada jeda waktu, misalnya saat pergantian dari satu item liturgi ke item liturgi lain. Mudah-mudahan upaya ini berhasil sebagai revitalisasi Warta, melawan berbagai gadget yang kini telah pula menjadi bagian dari bawaan wajib para umat

No comments:

Post a Comment