23 July 2015

Maaf Tuhan, Kami Libur

Tadi yang hadir pada acara Pemahaman Alkitab (PA) Wilayah hanya dua orang. Pak Ayub Wahyono sebagai pemimpin PA dan aku sebagai MC. Majelis Pendamping (MP), tidak hadir karena masih berlibur di Toraja. Aku pun bertugas hari ini sebetulnya menggantikan penatua lain, yang juga sedang berlibur. Para anggota majelis lainnya sedang ke puncak karena ada acara Persidangan Majelis Klasis.


Tuhan tentu tidak pernah libur. Gereja juga tidak mengenal kata libur, tetapi para anggota jemaat mengenalnya. Juni, Juli adalah bulan libur. Juga pada 2015 ini, Idul Fitri jatuh pada tanggal 17,18 Juli. Akibatnya, banyak sekali anggota jemaat yang berada di luar kota. Jadi, maaf, Tuhan, kami sedang libur.

Aku lantas bertanya kepada Pak Ayub, apakah kami akan meneruskan PA. Setelah kami mendiskusikannya, beliau memutuskan agar ditunda saja. Atau kami menunggu kira-kira setengah jam lagi dari pukul 19:30 jadwal yang ditetapkan. Apabila ada seorang saja yang datang, kami akan memulai PA. Tetapi bila tidak, PA akan dijadwal ulang.

Aku tahu Pak Ayub kecewa. Seperti pemimpin PA mana pun, ia pasti sudah mempersiapkan diri. Dan ia memang mengatakan hal itu kepadaku. "Ada viatikum atau tidak, natsnya panjang atau pendek, persiapan saya tetap sama," kata dia, sambil membenahi laptopnya yang sudah sempat ia  hidupkan di ruang sekretariat gereja kami yang malam itu demikian sepinya.

Mas Suryatin koster gereja kami  menghidangkan kopi dan teh untuk kami berdua. Selama beberapa menit kami masih sempat bercakap-cakap tentang banyak hal mengenai hidup bergereja dan bernegara.

Nats yang akan kami baca sendiri sebetulnya menarik, dari 1 Korintus 8::1-13 dan 10:23-33. Nats ini seyogyanya akan dbahas dibawah tema Segala Sesuatu Untuk Allah. Sepanjang nats Paulus berbicara tentang makanan, tetapi sesungguhnya pesannya ialah bagaimana memperoleh kemerdekaan sejati justru dengan keberanian dan kerelaan mengorbankan kebebasan pribadi, diantaranya dalam hal mengorbankan makan dan minum demi tradisi dan etiket sosial seperti masyarakat di Korintus ketika itu.

No comments:

Post a Comment